Sabtu, 04 September 2010

Bintang

Di gelap nya hari, waktu jam tangan ku menunjukan pukul 9 malam, sudah begitu larut untuk anak seumur ku hanya berdiam diri depan televisi menonton acara yang tidak bermakna, dan penuh dengan komersilitas. Aku menunggu telefon genggam ku berdering, menunggu kekasih ku yang sangat menjengkel kan itu menelfon ku dan menyapa ku dengan hangat nya. 15 menit aku menunggu telfon dari nya, namun tak ada kabar sedikit pun seperti layang – layang yang putus ketika sudah bisa di terbangkan dengan mulus. Aku pun gelisah, gerah rasanya tidak mendengar suara nya, walaupun hanya di telfon. “Kamu dimana?, seharian ini tidak menelfon ku?, kabari aku ya!..” aku beri dia pesan singkat, lewat telfon genggam ku. Dan lewat sejam kabar itu tak kunjung datang, kegelisah an ku, membuat aku takut di tinggal kan nya, dan aku mengurung kan niat ku untuk bercengkrama dengan kasur dan selimut tebal ku. “Sayang kamu dimana?, telfon aku dong! Maaf ya hari ini, aku marah – marah sama kamu, aku kan cuman kangen, tapi kamu gak kabarin aku..” lalu ku beri dia pesan singkat ke dua yang penuh dengan harapan, 20 menit kemudian, air mata ku pun terjatuh tanpa alasan, aku hanya kangen sepertinya, tapi tidak pernah seperti ini. Mendadak saja suasana hati ku hitam, dan di ambang lautan pedih. “Sepertinya kamu memang sudah lupa pada ku ya? Aku sudah seperti wanita – wanita yang kamu permain kan hati nya.. aku benci kamu!”, ku beri dia pesan singkat ke tiga. Lama kemudia waktu berubah, suasana hati ku pada nya pun berubah, tiba – tiba saja aku benci dia, benci sekali dengan dia. Aku hanya benci suasana sunyi ini tanpa nya, aku hanya butuh dia mendengarkan ocehan – ocehan ku, dan aku hanya ingin dengar dia mengatakan cinta pada ku malam ini. Hanya itu kok.. tapi seperti nya dia memang sudah tidak peduli dengan ku, padahal aku selalu ada buat nya, kenapa ya? Apa aku kurang cantik? Apa bibir ku kurang baik untuk bisa berciuman dengan hangat dengan nya?. Dasar laki – laki memang membigung kan. Langit sangat indah ku lihat dari jendela, semakin luas lagi kulihat beranda – beranda bintang menyinari kegelapan ini, lalu angin meniup awan itu dan menutupi bintang – bintang dan bulan pun tertidur pulas, mendung.. ya mendung! Sial! Gaduh dari langit, pasti geledek deh.. kilat pun lewat dengan cepat nya, begitu saja lewat. Dan air – air kesedihan itu pun turun ke dinding pipi dan lama – lama jatuh ke genting rumah ku.. Hujan.. Apa kekasih ku, kehujanan ya? Sudah makan belum ya dia?, ini pasti dingin sekali di luar sana, apalagi dia suka gak bawa jaket.. ah aku gelisah tentang nya, atau dia sedang meneduh ya sekarang? Tapi kenapa dia tidak balas pesan ku?, apa dia tidak rindu pada ku?.. Aku harus pergi, aku tidak tahan kalau seperti ini, hati ku seperti langit di luar sana yang kedinginan, aku sangat takut, tanpa terang ini, aku ingin lihat keadaan nya.. aku akan tunggu di rumah nya. Lalu aku pun memesan taxi terbaik di kota ini, berharap dapat mengantar ku secepat kilat ke rumah kekasih ku, agar aku dapat bertemu dengan nya segera. Di jalan ku tidak lihat aktifitas sama sekali, orang – orang seperti nya sudah tidur dan sudah tandas ke alam mimpi. Ku lihat jam tangan ku menunjukan pukul 2 dini hari, oh sudah jam segini, untung aku bawa baju agar aku bisa menginap di rumah kekasih ku. 20 menit perjalanan berlangsung, aku pun tiba di rumah nya, aku lihat dari kaca mobil taxi ini, rumah nya di penuhi keluarga dan teman teman nya, apa dia sedang mengadakan pesta? Tapi kenapa tidak mengundang ku?.. aku semakin di bingungkan oleh keadaan ini, kenapa dia bisa seenak nya melupakan ku? Padahal aku di rumah sendiri menunggu telfon nya. Telfon genggam ku berbunyi dan menandakan ada pesan yang terkirim, dan itu dari kekasih ku. Dan di situ ia berkata “tunggu aku, sebentar lagi aku telfon kamu”, dan aku langsung turun dari mobil dan berlari dari hujan ke teras rumah nya. Ku lihat banyak keluarga dan teman – temannya dalam suasana yang pedih, paras wajah nya seperti tidak sedang berpesta, makanan pun tidak ada, hanya ada jeritan dari ibu kekasih ku. Aku pun semakin bingung, tiba – tiba saja, suasana hati ku berubah semakin kelam, aku rindu bintang itu, aku ingin memeluk bintang itu dan aku menangis, air mata itu menjalar lebih cepat ke dinding pipi wajah ku, padahal aku tidak tahu apa yang terjadi. Lalu kulihat tubuh kekasih ku terbujur kaku, di lantai berselimut selendang batik, wajah nya penuh luka, dan tubuh nya basah seperti habis hujan hujan an. Tangisan ini semakin menjalar tak ada henti ketika melihat kejadian itu, lautan kesedihan itu seperti sedang siap untuk melontar kan ombak kepedihan itu, aku pun berteriak.. “Bintang! Ada apa dengannya? Ada apa!..” tak seorang pun menjawab, malah seorang temannya menarik ku dan menggotong ku kekamar, dan sekujur kaki lemas sekali seperti ingin pingsan. Ternyata bintang pergi meninggal kan ku, dia lebih dulu pergi tanpa meninggal kan apa pun untuk ku, aku pun tidak yakin dia masih cinta pada ku atau tidak. Tapi seperti nya, cinta itu memang selalu indah ada nya, namun kenapa cinta itu tidak pernah indah selamanya?.. aku bertanya tanya sendiri pada hati ku. Aku benci saat ini, aku hanya ingin mencium mulut nya yang bau bir hitam itu, aku rindu pada ocehan ocehan nya yang terkesan menggurui ku. Aku berusaha untuk tenang, dan menerima ini dengan lapan dada, memang ini lah saat nya dia untuk pergi, aku tidak bisa memaksakan semua ini, sekali lagi aku dipaksa percaya pada keadaan yang membuat hati ku pedih ini. Lalu aku membaca pesan terakhir dari kekasih ku pada pagi hari kemarin, dan dia berkata “sayang sesuatu itu tidak ada yang abadi, coba ada.. mungkin aku hanya ingin terus abadi mencintai mu, hari ini aku lembur ada rapat, kamu jangan lupa makan ya!.. aku sayang kamu”, dan angin pun menghempas kuping ku, dan tangis an kepedihan ini berubah menjadi tangisan gembira akan pesan pesannya. Dan aku semakin mencintai nya pada hari ini, tak lepas dari itu. Ini menjadi titik awal bagi ku untuk menjalani hari yang baru tanpa diri nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar