Kamis, 30 September 2010

Gelora penganggur & pelacur



Aku pun terjaga dari mimpi ku, sejenak ku berjalan dari atas kasur reok ku, membuka jendela kamar dan aku berharap, segala masalah dan hiruk pikuk kesibukan yang kulihat, kudengar, kurasakan hilang terbang bersama embun pagi, dan terbang bersama terang nya matahari. Kulihat dari jendela kamar, anak – anak kecil bercelana merah, baju kerah, bertopi dan dasi, berlarian menuju ke sekolah nya, mencoba untuk memperbaiki nasib nya, agar bisa sukses, paling tidak melebihi kedua orangtua nya yang menjadi budak yang tunduk pada atasannya. Apakah tidak ada pemandangan yang lebih baik dari ini?. Pedagang – pedagang sayur pun berjalan dan berteriak menawar kan barang jualannya yang tidak pasti segar nya “sayur bu, cabe 4000 aja bu.” Padahal kian waktu berjalan harga nya pun kian menaik terus, seperti jumlah pengangguran seperti ku yang terus menaik. Aku lah orang tanpa alamat, orang yang tidak punya masa depan, dan mencoba menjauh dari masa lalu ku yang sedikit suram. Aku memang sarjana, bahasa inggris ku lancar, aku pintar bersosialisasi, tapi kata orang aku tidak berguna, waktu hidup ku habis kan, menghisap bungkus – bungkus rokok, dan menyeruput kopi hitam di gelas, dan pergi malam untuk jalan – jalan. Padahal aku melakukan ini, memang aku suka. Aku tidak pernah berusaha untuk mencari pembenaran untuk menjawab makian yang halus dari teman – teman sebaya ku. Aku diam bukan berarti aku akan menggerakan kedua kaki ku, untuk mencari pekerjaan lain, dan langsung menunjukan bahwa aku bisa berkerja. Ya benar, aku bisa berkerja, tapi aku... tidak mau jadi budak ya?! Ingat itu. Bekerja untuk orang lain, paling tidak aku berguna untuk orang lain, ahhh muluk. Mending aku cari kerja yang memang aku mau, yang bisa aku lakukan, walau mungkin hasil kerja ku hanya bisa untuk membeli sebungkus rokok, dan beberapa saset kopi, tapi aku senang bisa melakukannya. Lalu di suatu senja, aku dan teman ku sedang berduaan di teras rumah ku, di bawah rintik gerimis yang menghujani genting rumah ku. “kenapa kamu mau berkerja menjadi budak pemuas nafsu tubuh laki – laki sih?, bukan hina nya yang aku mau tau, tapi kamu senang gak sih kerja itu?”, tanya ku pada nya, untuk memulai pembicaraan hangat, karena aku tidak tahu bagaimana lagi untuk memulai pembicaraan dengannya. Aku memang kaku, terutama dengan kaum hawa, seperti kaum hawa hanya pemuas kebutuhan adik kecil ku, dan kebutuhan ku mencari inspirasi menulis, ya aku penulis, yang kadang bercerita seribu bualan pada tulisan ku. Dan hasil tulisan ku itu, kuberikan pada teman ku, suka rela yang mau membeli, untung – untung aku punya 3 teman yang ketagihan membaca tulisan ku. Dan kadang aku memberikannya pada redaksi majalah kecil, agar dapat uang lebih, malah sempat aku ditawari berkerja sama dalam forum nya, tapi aku tolak. :ingat sekali lagi aku tidak mau jadi budak. Bintang bercahaya mengintip dari alas langit, bulan pun tertutup kelam nya awan yang hitam. Teman ku menjawab, “ya, begini deh. Mau gimana lagi ya?, aku gak tahu mau bekerja apa, aku tidak bodoh – bodoh amat, aku bisa sih cari kerjaan lain, tapi menganggur gak seru, kalau di rumah bantu ibu setiap hari berjualan ikan di pasar, seperti nya sangat membosankan, lalu ya aku mendaftar kerja di bar itu, awal nya aku hanya ingin menjadi waitress, tapi aku naik pangkat menjadi bar girl, lalu germo – germo bar menawar kan aku menjadi pelacur, bayaran nya pun lebih tinggi. Satu yang kusuka dari pekerjaan ini, aku bisa minum whiskey sepuas ku, itu kan enak? Ya kan?..” dia pun tertawa terbahak – bahak tanpa malu, menceritakan perjalanan hidup nya, yang berakhir pada titik tanpa titik, yang kita semua tidak akan tahu, kedepannya bagaimana. Tapi aku senang ketika melihat bibir nya berbicara, begitu gemulai nan elok, ketika dia menetes kan kata demi kata dari bibir nya, keanggunan itu menjadi hiburan tersendiri untuk mata ku, menyegar kan mata malam itu. Semakin larut nya malam, gerimis tak kunjung usai, “kamu gak pulang?” tanya ku pada nya. Seperti nya dia tidak berharap untuk aku melontar kan perkataan itu, aku tahu. Dari bahasa tubuh nya, dia seperti gelisah, kacau pikirannya, seperti nya ada sebuah kisah yang ingin dia bagikan di tempat yang lebih hangat di sofa ku. Dia pun tidak kunjung menjawab. “hmm, nonton film yuk. Aku ada film bagus, kupinjam dari teman kuliah ku dulu”, sebenar nya sudah berkali – kali aku menonton film ini, bersama 4 wanita lain pun pernah, memang suasana nya pas saja, untuk memuaskan diri sehabis kesibukan dunia ini terlewat, sehabis cahaya matahari tertidur, digantikan oleh bulan dan listrik yang menerangi kota, sehabis, kucing mengais makanan di tempat sampah, lalu berjalan anggun lagi menuju komplek lain. Apalah itu, aku tidak mengerti. Kami berdua, terbuai dalam suasana nyaman ini, kami berpelukan, kami meraba dalam penerangan minim, bermodal terang televisi, kami saling bertarung lidah dan bibir, tangah ku ada di pergelangan kaki kiri nya, dan yang satu lagi sedang meraba dada, berjalar ke belakang kepala nya. Dan aku segera tahu, tangan nya sudah menggerayangi “adik kecil ku” ini. Malam ini sungguh mempesona dan bergetar, rumah ku berasa dalam gempa yang siap meletuskan batu – batu api dan lahar panas nya, aku mendengar suara – suara mobil dan motor yang melewati jalan raya, kian serentak suara nya, dan kadang sepi tak bersuara. Lalu aku beranjak dari sofa, melepas kan tangan ku dari pelukan tubuh nya dan berkata, “tidak seharus nya seperti ini..” . dia menghiraukan nya dan langsung menarik ku lagi, 1 kecupan... 2 kecupan... 3 kecupan.. 1 lagi... yang terakhir sangat basah.. “sudah ah, kamu mau bir?” , tidak tahu kenapa aku mengurungkan niat ku, untuk menyetubuhi nya padahal kami berdua sudah setengah telanjang, 30 menit berlalu pemanas kami, dan selesai begitu saja, karena aku hanya ingin menawar kan bir. Sejenak, aku merasa sangat menyangi nya, dan tidak tega untuk menjalani lebih lanjut dari ini, aku memang mudah terikat, mudah jatuh cinta, jadi aku takut, aku tidak kuat nanti nya. Tapi rasa ini tidak seperti biasa nya, tidak seperti biasa nya aku mengurungkan niat ku, untuk menyetubuhi nya. Kalau kalian lihat wajah nya, dia begitu cantik hanya dengan menggunakan bra hitam itu, wajah nya kekanak – kanak an dengan rambut nya yang terurai, payudara nya tidak terlalu besar, namun senyum nya begitu ramah untuk dicintai, pantas saja, wanita – wanita di bar sering iri, karena orang – orang berperut tambun dan berkumis memilih nya untuk di ajak jalan – jalan dan bermain sedikit di hotel. Gelora sang penganggur dan pelacur, tidak jauh berbeda, hanya mencoba terus memperbaiki hidup nya, bedanya penganggur seperti aku senang untuk menganggur dan tidak mau tahu, untuk memperbaiki hidup nya, dan pelacur seperti dia tidak mau menganggur, karena takut mati kelaparan dan rela untuk di setubuhi oleh pria – pria tambun yang datang ke bar. Tapi aku dan dia sama, aku manusia.. dia juga, aku jatuh cinta.. dan dia juga.. “Aku dan dia jatuh cinta, ini bukan pertama kali nya aku jatuh cinta, tapi baru kali ini aku merasa terkejut, aku jatuh cinta..”

Rehab



Kali, bagi, kurang tambah, hitung piutang, laba, rugi, apalagi.. begini – begini terus. Masuk kerja pukul tujuh, kadang ku telat 5 menit dari batas waktu, berlari dari lorong ke lorong, untuk mengambil kartu absen, dan menggesekannya ke alat absen otomatis, lalu aku berjalan di lorong kerja ku, melihat meja – meja kantor, penuh buku dan komputer juga cpu nya, di sepanjang ruangan. Meja ku yang itu, yang ada di tengah, ada tempelan sticker band blues lokal, yang biasa manggung di bar, yang sekali – sekali aku datangi untuk mendengar kan musik nya. Musikalitas nya sangat berkelas, permainan nya penuh skill, kadang aku bercakap – cakap berbagi cerita dengan nya. Seru sekali menjadi anak band, bisa hidup bebas, rambut gondrong, buat lagu, mencumbu wanita temannya, lalu begitu dan begitu.. begitu klise dan panjang jika di ceritakan semua nya. Suatu hari bos marah – marah, kerja ku mulai kemana – mana. Aku diturunkan jabatan menjadi bagian yang tidak terosorot, apalagi yang lebih buruk dari seorang pekerja keras yang sudah mendapat kan jabatan nya yang lumayan tinggi lalu, karena sudah mulai lelah dengan keseharian nya, di turunkan dari jabatan. Belum lagi eva, gadis ku, pacar ku, minta putus sebelum aku melamar nya, dia pergi dengan laki – laki lain, yang sekantor dengan ku, jabatannya memang lebih tinggi dari aku. Teman – teman bertanya, kenapa aku bisa putus?, aku tidak berusaha mencari pembenaran atas diri ku, biasa nya aku menjawab “ya memang aku begini, membosan kan, tidak memuaskan, pecundang, dan apalagi?.. ya begitu deh..” begitu sial nasib ku bulan ini, gaji ku di potong oleh bos, aku pria kesepian, aku seperti tenggelam di lautan bebas, dan tidak menemukan ikan satu pun, karang pun tidak, hanya biru gelap, penuh asap, mengebul lebih mengebul lagi karena sinar yang menerangi nya. Bosan aku dengan keseharian ini, aku bergegas ingin mengambil cuti, tapi bos malah memaki – maki seperti tak ada perasaan sama sekali. Beranjak ku dari kursi kantor ku, mengambil jam makan istirahat pergi ke bar, dan mencari wanita untuk di tiduri. Aku bertemu lina, gadis yang berbibir mungil, nan cantik, elok dan luwes saat melayani pelanggannya, aku ingin mencoba gaya – gaya bebas yang lain, gaya yang belum ku coba, dan dia melayaninya dengan sungguh, aku belum puas, aku ingin menyakiti nya, menampar nya, mencambuk nya, bermain tanpa alat pengaman dan menyetubuhi nya dan mendengar teriakan dan desah an nya yang menempel pada tembok. Aku ingin membuat badan nya lebam, dan berujung melihat darah nya keluar dari alat kelaminnya, aku ingin lihat itu.. dia melawan, aku pun muram, aku menghabisi nya, membentur kan kepala nya pada ujung tiang kasur, dan mencekik nya sampai mati, tubuh ku bergetar melihat tubuh nya bersinggah darah, aku terjaga, tidak bisa memejam kan mata, sudah tahu mati, aku tidak memberikannya uang tip untuk di bawa ke neraka, aku memang brengsek! Bajingan!, aku berlari menuju lorong kamar dan turun dari tangga darurat, berlari seakan mau teriak kalau gedung akan di bom atau segera runtuh. Aku bergegas menyalakan mesin motor 2 tak ku lalu menancapkan sepenuh nya gas ku 100km / jam kecepatannya. Wussss, motor dan mobil ku salip, lampu merah pun aku terobos, aku seperti pria yang mabuk di siang hari, tidak kuat minum martini yang hanya setengah gelas habis. Sesampai nya di kantor, aku tidak kuat untuk menggesekan kartu absen ku, lagi – lagi aku terlambat, ketahuan bos, bos teriak, di depan kerumunan, wajah ku malu, tertunduk bukan karena takut dengan nya, tapi aku hanya tidak bisa lupa atas kejadian pembunuhan tadi, begitu bodoh nya aku. Brengsek. Lalu aku geram, dan memukul muka bos, dan membentur kan kepala nya ke kaca sampai pecah, petugas keamanan bergegas datang, melerai dan menghakimi ku, sampai masuk ke polisi. Saat di sidang, aku hanya menjawab, “aku butuh rehab, bos selalu memarahi ku, memaki, aku hanya butuh rehab, bos tidak memberikannya pada ku, aku hanya butuh rehab, aku ingin kembali berpacaran dengan kekasih ku, aku butuh rehab.. kau mengerti? Rehab!” aku geram dan mengamuk di sidang penuh sinar cahaya itu. Aku pun di penjara, aku tidak beritahu yang sebenar nya bahwa aku habis membunuh seorang wanita di bar. Aku di penjara, bukan hanya di penjara dalam sel, namun hati ku terpenjara oleh bayang – bayang wanita itu, aku tidak tahan lagi. Sampai akhirnya keadaan ku membaik, namun belum sepenuh nya membaik, aku keluar, hukuman ku hanya 5 bulan, karena aku berperilaku baik, setelah itu aku melihat rumah ku sudah berantakan, kaca – kaca pecah, aku pikir ini pasti ulah orang – orang suruhan bos, sepertinya dia iri, aku memang lebih pintar dari nya. Aku membuka kulkas ku, dan makanan sudah membusuk, aku pergi sebelum menutup pintu lemari es. Aku menulis surat berisikan seperti ini,...

:bagi siapa saja yang baca, siapa saja yang mau tahu, aku butuh rehab, aku bosan dengan kesibukan ini, aku bosan lihat kamu, aku, tubuh ku, tubuh mu, aku mau mati saja, aku mau.. tapi tidak tahu, hidup memang panjang, tidak bisa aku ungkiri, tapi aku hanya tau, aku ingin sudahi saja, aku butuh rehab, ini sudah waktu nya aku pergi dari tidur, dan mimpi, menuju mati, mati juga pasti sama saja dengan tidur yang bermimpi, namun bedanya mimpi kali ini, tidak ada mimpi, maksud ku gelap, tidak ada mimpi, aku tidak tahu lagi.. aku mau rehab, aku mati. Semoga eva membaca nya, kekasih ku, tinggal di blok 7, jalan singgah situ, kasih tau dia siapa saja yang baca.. aku mau rehab dulu..

Sekarang aku rehab, aku mati menggorok leher ku sendiri dengan pisau dapur ku, aku sudah luput oleh dosa – dosa yang menumpuk, lebih baik aku cepat mati dan bertemu teman – teman ku, semoga dia juga sedang di neraka, dan sedang rehab..

Gigi Susu




“Mama kenapa gigi ku sakit, mungkin mau putus.. “
“ahh coba, tidak apa nak, memang begitu, sini mama bantu untuk memutus kannya”, ujar mama mencoba menenangkan hati ku yang gelisah pada ku.
“Tidak ahh nanti gak bisa tumbuh lagi..”

Aku berfikir sejenak mungkin peri gigi sedang membutuh kan 1 gigi ku untuk memberikan nya kepada anak – anak lain yang belum punya gigi, atau mungkin juga gigi ku merasa isi mulut ku sudah busuk karena sudah bosan tidak kurawat dengan baik, karena selama ini aku hanya memberikan nya nasi kotor yang ada di piring, di meja makan. Mungkin dia bosan, tidak pernah di beri sayur, karena memang mama tidak mampu membeli nya, atau marah padaku karena tidak pernah di beri nya susu selama ini?, mungkin saja. Banyak kemungkinan yang bisa terjadi di dunia ini.

“Mah, aku mau minum susu, sudah lama sekali aku tidak minum susu, papa kok gak pernah beliin susu ya?, tanya ku lugu pada mama. “mah, kemarin aku lihat anak – anak sekolah minum susu, aku pikir susu bisa buat tubuh ku besar dan gigi ku menjadi tidak mudah putus..” , sambung aku bercerita kepadanya.
Mama tidak menjawab, dia hanya diam dengan muka murung.
Aku pun beranjak keluar dari pintu rumah ku yang rongsok, yang di buka menimbuk suara kreak kreok nyiittt... dan ya pokoknya sudah rongsok, ya maklum pintu rumah nya hanya dari seng bekas. Lalu aku pergi ke lapangan kosong yang tandus di dekat rumah ku, di sana aku bisa meluapkan segala emosi ku, berteriak misal nya untuk bisa menerima nasib ku, dengan lebih arif.

“ini tidak adil!, anak – anak lain bisa makan nasi yang nanak dari mesin siap saji,... aku tidak. Anak lain bisa naik sepeda, dan bernyanyi sepanjang jalan, aku hanya bisa main layangan yang di beri teman, dan benang nya pun tidak cukup untuk mencapai layangan lawan ku.., anak – anak lain bersekolah, aku pun beli benang tidak bisa, bagaimana mau sekolah..” , teriak ku pada langit yang membisu. Hanya sinar – sinar lampu mobil yang memutih secepat cahaya, yang menjawab sepi, hanya suara air dari selokan yang sepi tidak mengalir yang menjawab. Aku pun bergulir menuju ujung sudut jalan, di seberang jalan aku lihat anak se umur ku sedang minum sebotol susu, putih seperti nya apa coklat aku tidak tahu, aku pun mendekat lebih dekat lagi, memandang botol susu yang di buang nya, aku berpikir, mungkin masih ada sedikit susu yang tersisa di botol itu, paling tidak, kalau tidak bisa, botol nya bisa kugunakan untuk buat mobil – mobil an. Aku mengecek nya dengan satu mata tertutup, ke arah lingkaran botol nya, masih ada.. susu nya masih ada nih. Lalu aku mengais nya dan meminum nya serasa aku habis membeli nya sendiri, aku menjilati susu yang tertumpah di jalan yang berdebu, seperti anjing kampung yang kehausan tidak minum 1 hari. Aku bersyukur masih bisa minum susu, walau hanya sedikit, dan itu pun sisa. Lalu aku mencoba menghapus kesedihan ku, dari buruk nya malam ini, dan memasukan botol nya ke tas lusuh ku yang kecil yang tergantung di sisi kiri tubuh ku. Aku berlari menuju, persimpangan jalan, menunggu lampu merah akan bergulir lebih lama, agar aku dapat konser lebih lama di panggung yang penontonnya ada di dalam mobil ini. Aku pun bernyanyi merdu, :aku anak jalanan, mencoba kuat melawan keras nya kehidupan. Itu lyric bagian reff nya, yang sangat merdu jika aku menyanyikannya, begitu rancu dan ironis sih lyric nya, tapi itu satu – satu nya lagu yang kuciptakan, agar mungkin kuping pendegar di mobil, mendegar suara ku dan memberi ku recehan – recehan. Malam ini hanya dapat 5 ribu rupiah padahal sudah 2 jam aku konser di lampu merah, aku pun beranjak terjaga dan lari ke warung dekat rumah dan membeli susu saset, yang harga nya begitu mahal, tidak sepadan dengan kantong ku. Aku beli 3 saset, satu untuk aku, satu untuk ibu, satu lagi untuk molly kucing ku. Sesampai rumah aku ingin buat susu, tapi minyak tanah habis, tinggal untuk besok menanak nasi hasil ibuku mengais di tempat sampah, jadi aku buat susu memakai air sumur, dingin, rasa susu nya pun hilang jadi rasa mentah bercampur lumut.

“bu ini susu, enak lho. Tadi aku beli sendiri, habis konser seperti biasa..”
Ibu tidak menjawab, hanya tersenyum manis seperti biasa nya, aku sudah biasa melihat ibu murung, karena mungkin dia khawatir, dia sedang sakit dan tidak bisa beli obat, dia hanya menggaruk – garuk kepala tidak ada ujung nya, seperti sangat gelisah dan kacau pikirannya. Realita ini begitu manis, kalau kita bisa merasakannya dengan hikmat, perjuangan ini tiada henti nya. Aku hanya lakukan ini, untuk ibu seorang. Semenjak ayah pergi dari rumah, tidak tahu kemana entah dia menjadi sopir truk, atau dia menjadi pelayan restoran aku tidak tahu. Tapi yang kutahu, hanya ibu yang terus menjaga ku, memberi ku nasi yang sudah jemek, memberi ku kasih sayang tanpa henti setiap hari nya. Aku hanya berharap, semoga mama senang meminum nya, dan gigi nya tidak akan pernah putus lagi, gigi ku juga, gigi teman – teman tidak, ayah yang tidak tahu kemana juga tidak, karena dengan gigi nya yang utuh, senyuman mereka menjadi terasa indah untuk hati ku, sebuah penenang gratis untuk ku.
“besok ketika aku sudah dewasa, aku ingin punya pabrik susu kadal, susu belalang, susu sapi juga tapi sudah terlalu klise, mending aku punya penghasil susu sendiri di tubuh ku yang tidak akan habis, pokoknya aku ingin minum susu setiap hari...”

Minggu, 26 September 2010

Lilin untuk Nanda & Nindi



Malam ini akan kuhabiskan waktu ku hanya pada diri mu seorang, aku telah siapkan makanan yang spesial yang aku buat sendiri, sampai jari telunjuk ku berdarah terkena pisau saat memotong wortel. Sudah ku bilang aku tidak bisa masak, tapi kamu memaksa ingin aku yang memasak malam ini. Saat ku dirumah mempersiapkan malam ini, kamu tidak hadir untuk membantu ku sedikit pun, bersih – bersih rumah pun tidak. kamu pun pagi ini berangkat begitu awal, tidak seperti biasanya. aku menduga, kamu akan memberikan ku kejutan, dan kamu yakin aku bakal terkejut oleh mu. sore hari aku sedang memilih baju untuk nanti aku kenakan saat bertemu dengan mu, aku kan juga ingin tampil tampan di depan mu. aku menelfon mu, dan kamu hanya menjawab, “iya sebentar lagi aku pulang sayang, aku sedang di jalan, tadi murid ku ada yang sakit dan aku harus mengantar nya ke rumah sakit, maaf ya nanti kalo aku terlambat sedikit.” , kamu memang sangat baik, tidak salah aku memilih mu menjadi pendamping hidup ku, dengan tanda cincin emas 22 karat dan sajadah lengkap dengan alat – alat shalat yang lainnya. kita sudah 2 tahun menikah, dan aku jujur memang menunggu kehadiran seorang anak, dan sekarang aku sangat bahagia karena sebentar lagi, aku dan kamu akan punya bayi yang lucu. sudah ku bilang berkali – kali kepada mu, “jaga kesehatan sayang, kamu sedang mengandung anak kita, kalau kamu mau pergi atau mau pulang, telfon aku. aku bisa menjemput mu” , tapi apa boleh buat kamu memang keras kepala, mau nya melayani orang saja, di layani tidak pernah mau. sampai pernah kamu terjatuh sakit demam, saat kamu bermandi air hujan untuk mengantar salah satu murid mu yang belum di jemput oleh ibu nya. entah kenapa, kamu selalu bisa meyakinkan ku bahwa kamu memang kuat, kamu akan selalu bisa melakukan nya dengan tekat mu yang besar itu. Lalu langit mulai gelap, gelap ini lama – lama menjadi sepi serasa seperti tidak ada sinar lagi. Rumah yang gemerlap sinar ini, lama – lama seperti kusam dan berdebu, lama sekali menunggu mu tak juga datang. Aku pun risau dan membentang kan kedua tangan ku di sofa, menyalakan televise dan menonton acara yang tidak aku mengerti sedikit pun, sebenar nya aku mengerti, tapi risau ini meredupkan sinar hati ku menjadi kelabu, hatiku terguling – guling, hati ku bercakap dengan hati mu, tapi hati mu diam membisu. rasa nya firasat ku pada mu hilang, bukan karena aku yang terasing, tapi mendadak kamu pergi dengan kereta kuda hitam entah kemana pergi nya. “Aaah berlebihan, aku keluar saja cari angin dan merokok” , kataku dalam hati. Sesaat ku memegang gagang pintu ku, dan menggerakannya untuk membuka pintu, kau telah di depan pintu tergeletak pucat pasam, tanpa suara. Aku kaget, terkejut melihat mu, hati ku makin berguling – guling, mata ku memaparkan sinar yang pasif, aku khawatir sesuatu terjadi padamu, entah kenapa air mata itu keluar dari mata ku sederas air terjun berbusa di telaga pelangi, risau ku memuncak, kaki ku bergetar tanpa nada dan irama, tangan ku terbujur kaku, leher ku seperti kehilangan sendi nya dan tidak bisa digerakan. “Apa yang terjadi pada mu?, Nanda! jawab!, apa yang menimpa mu?” ,kataku pada nya sambil mencium kening nya. diam, diam, diam, diam, kau diam saja, tak satu huruf pun keluar dari otak, mulut, tenggorokan, hati mu sekali pun, tidak satu pun nanda, dan semua itu membuat air mata ku terjun semakin deras menetesi dinding - dinding pipi ku. sekali lagi kening mu ku cium, ku desah kan nafas rindu di kuping mu, dan kubisikan, “nanda ayo jawab, aku cinta kamu, jangan kamu buat aku semakin risau karena mu”, sudah cukup kepedihan dalam kehidupan aku terima, gejolak – gejolak ini serasa begitu cepat terjadi tanpa terkira. Hari ini, adalah hari ulang tahun mu, tapi kamu terbujur kaku serasa tidak peduli terhadap etika pemberian selamat yang ku persiap kan untuk mu, aku tidak terima kalau seperti ini jadi nya.
Kudekap kamu dalam peluk ku, dan angkat tubuh mu menuju kamar tidur, ku lepas satu persatu pakaian guru mu, dan sekali lagi aku ingin menari dengan mu dalam irama nada cinta, aku rindu dan cinta sekali pada mu, jangan kau tinggal kan ku, ku cium diri mu dengan penuh cinta, seratus, seribu, sepuluh juta ribu milyar cinta untuk mu dalam cium ku di pipi dan bibir mu, lalu ku kenakan kau gaun yang telah kupersiap kan untuk mu, telah ku belikan untuk mu dari hasil uang kerja ku sebulan. kau begitu elok memakai nya, paras tubuh mu begitu halus terlihat, oh mata mu sangat indah walau terpejam sekali pun, bibir mu sangat merah walau sekarang pucat karena lipstick yang kau kenakan melumer ke sekitar dagu mu, di kala kau menari dengan gaun itu, cahaya matahari pun pasti ikut tersenyum melihat nya, bulan purnama pun akan semakin bergairah untuk menerangi malam hari ini. ke dekap kau lagi dalam peluk ku, sekali lagi ku cium kening mu dengan cinta, dan ku terbang kan tubuh mu ke lantai dansa untuk menari di kesunyian, tanpa nada dan irama, tubuh mu pun begitu kaku tidak seperti biasa nya, kaki mu begitu lemas seperti tidak dapat bergerak lincah seperti biasa nya, namun dansa kali ini tidak ada beda nya seperti tahun – tahun kemarin, aku dan kamu masih menari dengan penuh cinta satu sama lain, aku sangat cinta pada mu, aku rindu pada mu nanda..
lalu aku dan kamu duduk di kursi yang saling berhadapan, lilin yang mati itu pun kunyalakan dengan api yang menyala berdasar kan gerak jiwa kelabu, sudut – sudut kosong itu terasa semakin sempit, aku merasa sangat sepi, kau tidak bersuara, kau tidak bereaksi nan. aku menatap mu sepenuh jiwa, dipadukan oleh cinta dan kasih, memori – memori itu mendadak membisu agar keadaan ini terasa lebih bercahaya. makanan yang kusiap kan untuk mu sudah tidak dingin lagi, aku memakannya dan benar – benar tidak ada rasanya, aku meminum anggur yang kubeli tadi siang, dan tetap tak ada rasa nya, yang kurasa hanya pahit, di sekujur tubuh ku. racun kepahitan itu menjulur ke semua saraf ku dan mematikan satu per satu sendi dan engsel ku agar tidak bisa bergerak lagi. racun – racun itu berjubel menguburkan keindahan dan melepaskan kepedihan dari kubur nya. isak tangis ku tak kunjung henti, nafas ku tersengal – sengal sampai ku putus asa pada keadaan ini sendiri. “Nak, Nak, Papa tidak sempat melihat mu, maaf kan papa nak, papa tidak bisa menjaga mama dengan baik, nak, nak, maaf kan papa nak, maaf”, Lalu lilin – lilin menyala bertebaran di sepanjang lantai rumah, aku, nanda, dan anak – ku tidur di lantai itu menikmati terang nya malam ini karena lilin ini.
Ps: Nanda, seandai nya nanti aku menyusul mu, dan tidak sempat menemui mu, cari lah aku, tiup lah lilin ini satu per satu, dan yakin lah, kamu akan temukan aku dalam kegelapan malam. Nanda, aku namakan anak kita ini Nindi, agar aku dapat mudah menemukan mu nanti di sana, karena ku yakin, anak kita ini akan seindah diri mu, Nanda dan Nindi… lilin ini untuk mu. –With Love Wendiatmo.

Minggu, 05 September 2010

Gembog dan Kejujuran



Hujan jatuh satu per satu rintik – rintik di derai atas rumah ku, aku berteduh dingin dalam gubuk 1 kamar yang berisi semua peralatan ku. Aku berdua dengan kekasih ku bercengkrama manis, dan memulai pembicaraan serius itu. alis kita berdua tertekuk, debat demi debat keluar dalam berbicara dari soal politik, cinta, music, kehidupan, dsb. kerutan – kerutan di kening berubah menajadi kosong, mata ku bingung atas Tanya, aku menelan ludah yang kering, dan melewati tenggorakan ku bisu. Rina bertanya pada ku, “Kasih, tolong ceritakan aku tentang kebohongan, apakah kebohongan itu sebuah dosa menurut mu?, hmm bagaimana berbohong demi baik? dosa – kah?, lalu apa kamu sedang menyembunyikan sesuatu di balik baju mu?.” mungkin peribahasa yang cocok untuk wanita ini adalah “sayang – sayang buah kepayang, dimakan mabuk, di buang sayang”, bingung aku menjawab nya. Aku melakukan sebuah litoses hiperbola, “aku hanya ingin benar di mata nya”, jangan sampai ada salah kata, ujar-ku dalam hati. “tentang bohong ya sayang?” kata ku pada nya, “ya betul, tentang bohong”, aku pernah berbohong, semua orang pasti pernah berbohong, lalu aku menempelkan tangan ku di bahu nya, dan berkata bohong itu alami, pasti dalam keadaan terdesak kita sering kali berbohong, tapi dalam keadaan yang bebas sering kali kita janji – janji, “jawaban itu kurang bagus menurut ku, aku punya jawaban lain” , ujar Rina. Bohong itu seperti seutas tali yang tipis, yang sering kali tidak terlihat kasat mata, karena kita terlalu mudah percaya dengan sesuatu, bohong itu tidak baik, dosa aku tidak sering berbohong, namun pasti aku pernah berbohong, tapi aku tidak terbiasa berbohong, namun aku sadar aku tinggal di hidup yang penuh kebohongan jadi aku harus bisa adaptasi dengan kehidupan bohong itu, sering aku dibohongi, sering sekali. Namun aku selalu jujur mengatasi nya, hati berkata ini, mulut ku akan berkata ini, jadi aku jarang berbohong. Jangan takut Her, aku gak sedang menjebak kamu kok, kamu tenang aja, pandangan mu seperti takut pada ku. Aku hanya mencoba tahu tentang kamu kok, ujar Rina kepada ku. “Iya aku mengerti..” aku mengangguk dan tersenyum, dia wanita yang pas untuk ku, dia polos dan lugu, iblis – iblis hati ku langsung lompat ke samping kuping ku dan berkata “ini kesempatan baik untuk mu Her, permainkan dia, dan tinggal kan dia begitu saja..” , iblis – iblis. siapa yang sedang menelanjangi ku di hawa yang sedingin ini? Iblis atau Rina?, seperti nya keindahan itu nyaris redup jika di pandang dari sisi jahat nya, masa aku akan mempermain kan wanita sebaik dia, lalu iblis pun menjawab “Sama saja, bagaimana dengan wanita – wanita sebelum nya? dia sama saja dengan Rina, kamu hanya tinggal habis kan dia dengan nafsu mu, ini saat yang tepat, suasana begitu dingin, dan kamu perlu menghangat kannya.” ,bisik iblis itu. sepintas aku sependapat dengan Rina, namun sepintas lebih tertata aku lebih setuju pada iblis, tidak tahu kenapa. apa karena aku memang cocok dengan iblis – iblis ini?..
Sebenar nya ini tidak serumit itu, namun Rina membuat hati merasa permasalahan ini serumit membakar kayu yang basah. seolah Rina sedang mengajari ku bagaimana melihat dunia dari sisi wanita. Aku menggeleng, “Rin, kamu mau kopi?” , Tanya ku pada nya. “Aku mau, kopi hitam ya sepertinya enak dingin – dingin seperti ini”, jawab Rina. sambil membuat kan kopi, dan mengaduk di air yang hangat, aku bertanya pada Rina, “Rin bagaimana jika seseorang menyembunyikan diri nya yang asli?, seperti seorang intel yang menyamar menjadi tukang becak, namun konteks yang ini berbeda.. dia berusaha menyakiti hati dan tubuh mu.. Apa yang kamu cerna dari itu?.” dan Rina menjawab, “Oh itu mah, hanya masalah waktu Her, setebal – tebal nya orang itu memakai baju, pasti tetap terasa dingin nya udara ini, secantik – cantik nya wanita dari luar, pasti kamu juga akan tahu bagaima sikap nya nanti nya, itu hanya soal tempat dan waktu, seiring waktu berjalan kamu juga akan tahu kok, kalau dia berusaha menyakiti ku, aku pun awal nya pasti tidak tahu kan?, tapi jika sakit itu sudah menghampiri ku, aku hanya menjadi kan itu pengalaman ku, dan mengubur nya dalam – dalam, tapi aku tetap percaya, bahwa suatu hari kebohongan itu tidak ada, dan kebebasan dalam berfikir itu memang selalu kuat ada nya, jadi aku tidak pernah takut di bohongi Her.. Memang kenapa?”, dia bertanya pada ku sambil menyeruput kopi nya di cangkir pelan – pelan. Ah tidak Rin, aku hanya ingin bertanya seperti itu, dan mencoba tahu apa jawaban mu. Sekali lagi, kesependapatan ku dengan iblis berkurang persen nya, aku malah ingin melindungi Rina segenap hati ku, dia terlalu baik, aku merasakan gejolak dalam perasaan ku saat memandang wajah lugu nya meniup kopi itu, jiwa ku terombang – ambing oleh perasaan ku ingin membohongi nya namun aku juga ingin melindungi nya, sungguh memalukan sepertinya jika aku tetap ingin membohongi nya, aku takut jika suatu saat dia mengetahui aku yang sebenar nya, aku yang dulu sering menghina martabat wanita dengan meleceh – kan keperawanannya. Aku berpikir terbalik, aku berpikir, aku rasa penyembunyian kebusukan ini sudah mulai tercium oleh hidung kecil nya. “Rin, kenapa kamu menerima cinta ku?, kamu kan belum tahu seluruh nya tentang aku?” ,Tanya ku pada nya. “Oleh sebab itu Her, aku menerima cinta mu, aku ingin tahu kamu yang sebenar nya, lagian mata kamu sangat indah ketika tersenyum manis kepada ku, di tempat pertama kita bertemu. aku jadi penasaran dengan mu Her” , jawaban itu semakin meyakin kan aku, hati ku menangis, darah – darah ku ingin ikut mengalir dalam air terjun tangisan ketidakberdayaan akan diri ku.
Sungguh aku ingin melindungi diri nya, sepertinya aku belajar cinta dari nya dan tentang kebohongan itu, sekarang aku telah jujur atas perasaan ku itu, Aku cinta pada nya, seluruh hidup ku akan kuberikan pada nya. Lalu aku memeluk erat tubuh nya, mengelus pundak nya dan berkata, “Rin, aku cinta kamu.. kamu telah merubah hidup ku secara tidak langsung, aku ingin memberitahu, tapi aku takut keadaan akan berbalik dan mencabik – cabik diri ku, karena aku percaya apa karma itu” , “kenapa sih Her? seperti nya sangat serius, bicara aja..”, ujar rina. Aku ini jalang, telah lama aku menyakiti banyak wanita atas perilaku ku, aku mengambil kehormatannya, aku merenggut nya seperti monyet yang sedang memakan pisang begitu lahap nya, maaf kan aku.. aku hanya mencoba jujur pada mu, dan ingin beritahu kamu, bahwa kamu sedang berbicara cinta dan kebohongan itu pada orang yang tidak tepat, namun perasaan ku, aku tidak bisa berbohong, aku cinta pada mu, kamu merubah cara pikir ku begitu cepat..” , dan Rina melepas kan pelukan ku dan berkata, “Aku tidak sedang berbicara dengan orang yang salah, aku tahu kamu memang sedang menyembunyikan sesuatu dari ku, maka dari itu aku berusaha merubah mu, cinta ku juga tulus pada mu, karma itu tidak berlaku dalam cinta yang tulus, aku sayang pada mu, aku berharap kamu jadi lebih baik dari sebelum nya kepada ku, aku menghargai kejujuran dari seseorang, karena kejujuran itu sudah hilang dari kehidupan serba ada di dunia ini, hampir redup, seperti laut kehilangan gelombang dan isinya, namun kamu sekarang telah mengembalikan 1000 macam aneka mahkluk hidup itu di laut, berupa kejujuran mu, karena kejujuran itu harus tulus, dan ketulusan itu karena cinta mu, Aku Cinta kamu Her..”
Dan karena saat itu, dunia berbalik.. Heri yang dulu, tidak ada lagi, aku merasa menjadi manusia baru, kejadian itu berakhir baik, dari proses yang buruk, Tuhan berperilaku adil sekarang ini, dan memberikan ku seorang bidadari manis, yang menjaga hidup ku, oleh sebab itu aku berjanji atas Tuhan dan Kematian, bahwa hidup ku untuk Rina seorang.
Gembog nestapa itu terbuka, padahal kunci nya sudah kubuang jauh dari bumi ini, dan secara tiba- tiba aku berusaha mencari kunci baru itu, dan langsung membuka nya kepada wanita yang cantik dan jujur ini.

Sabtu, 04 September 2010

Bukit Belukar



“Aku ingin mati saja!, tuhan tidak pernah adil kepada ku, memang nya aku ini makanan yang bisa kau cicipi setiap harinya!.” Lalu mata kupejam kan, tapi bayang ku melayang entah kemana. Aku bingung dengan keadaan ini. Seperti nya tubuh ku ini memang bebas kemana pun aku mau melangkah, namun jiwa ku seperti sedang tersayat pelan – pelan oleh karena keadaan ini. Aku ini aptronim yang semu, semalaman penuh tersenyum di bawah terang nya bulang, kadang kala malam ini begitu sepi dan dingin, kadang juga aku membuat malam itu terasa panas sekali karena pekerjaan ku. Di bulan puasa ini aku sudah menjadi pembohong besar, aku seperti mangga yang terlihat masak dari luar, tapi ternyata dalam nya hanya berisi belatung dan kebohongan. Mulut – mulut tetanggaku selalu ternganga atas aku seperti mulut harimau yang siap menerkam mangsa nya. “ Aku takut, aku sendiri, aku tidak bisa tidur! Aku mau mati saja!.” Tapi sepertinya hari ini aku memang tidak bisa tidur, lalu aku menyalakan sebatang rokok merk amerika yang selalu ku hisap setiap hari nya, dan 1 batang selesai kerap ku rasa mengantuk, kantung mata ku akan menutup. Lalu aku mengambil selimut ku dan tertidur selama sekitar 15 menit sebelum mimpi itu datang kepada ku. aku ingat ketika awal mula aku menjejali karir yang baik ini, ketika 4 lelaki dengan kaos hitam – hitam di sebuah cafe remang – remang di kampung ku, sedang asik meneguk minuman oplosan, aku melewati mereka sambil tersenyum karena mereka semua menatap ku dengan mata yang penuh napsu, aku hanya berusaha ramah bukan tertarik, tapi seperti nya daya magnet ku memang sangat hebat, dan sekejap karena senyum an ku mereka ber-empat menghampiri ku dan langsung mencumbui ku di gang kecil jalan menuju rumah ku. Mereka bermain dengan sangat penuh napsu, di sana aku hanya bisa menangis, dan mana? Tidak ada pertolongan sedikit pun!, memang dunia ini tidak pernah adil deh.. mulai saat itu, aku berhenti sekolah dan aku ingin segera menikah saja dengan lelaki jejaka di desa ku. Sebenar nya ini awal aku sudah sangat membohongi diri orang – orang, cerita ini tidak pernah ku ceritakan kepada siapa pun, mungkin aku hanya cerita kepada buku kecil ku. Akhir nya di umur ku yang sudah matang aku menikah, dan awal nya kami berdua menjalani proses yang cukup baik. Dari mulut nya tertumpah kan segala rayuan manis tentang diri ku, cara dia menggambar kan dan meng ekspresikan cinta nya kepada ku, dia juga pernah menjajinkan bahwa kami berdua akan abadi selama nya, dan sebagai gadis yang percaya akan cinta aku pun menerima lamaran pernikahan tersebut. Dia pun cukup matang, sudah berkerja menjadi pegawai di sebuah kantor pengadaian di kota, aku semakin percaya bahwa dia lah yang akan mewujud kan semua impian ku, dan membuat ku menjadi ibu yang teladan nanti nya.
Hubungan pernikahan kita berjalan selama 3 tahun, dan pertikaian dari hal – hal kecil soal kebutuhan rumah tangga, juga hal – hal seperti kebutuhan akan cinta nya yang dulu dia berikan sepenuh nya kepada ku, mulai terasa sinyal – sinyal buruk nya. “kamu selalu pulang malam!, kapan kamu ada waktu untuk aku?, aku kesepian di rumah sendirian tau gak?”, dan dia hanya menjawab “aku kerja lis, aku lelah seharian berkerja, mulut mu itu tidak pernah bisa berhenti mencemooh diri ku, kamu cari lah kesibukan lain agar tidak hanya bosan di rumah.” Semudah itu dia berbicara kepada ku, aku semakin rapuh, cinta ku kepada nya tidak tergantikan namun dia membalas nya dengan menyuruh aku berkerja. Mencium kening ku pun jarang, apalagi bibir ku yang selalu haus akan cinta nya. Dan suatu hari, aku bertemu dengan teman lama ku, dan dia terlihat sangat sukses dengan dandannya yang cantik, dan badan nya seksi. Dia menceritakan bahwa dia punya pekerjaan untuk ku, tapi bukan kantoran, katanya “kamu akan kerja di sebuah pub / bar di kota, gaji nya besar namun tidak tetap.” Ya aku langsung terima tanpa perencanaan apa pun, aku hanya ingin cari kesibukan dan berusaha untuk bisa tegar akan hubungan ku yang rapuh dengan suami ku. Pada hari perdana aku berkerja, aku mengenakan rok jeans pendek, dan kaos putih. Dan pada malam itu, sekali lagi aku di kecewakan oleh keadaan yang sangat menyakit kan, batin ku tersayat, hati ku pedih atas gejolak yang datang silih berganti ini, aku di jadikan wanita bayaran oleh teman ku itu. Sedih rasa nya, namun sekali lagi aku menyembunyikan keping koin yang telah di renggut oleh keadaan yang memaksa ku. Ingin aku langsung berhenti, namun Boy pemilik pub itu, berjanji akan membunuh ku dan suami ku, jika aku berhenti dari pekerjaan ini. Sekali lagi aku seperti monyet dalam kebun berisi kulit pisang hanya kulit pisang. Dan jelas sekali aku tidak bisa menyembunyikan segala sesuatu nya, kotak penyembunyian rahasia ku sudah hampir mencapai batas waktu nya, dan suami ku mengetahui apa pekerjaan yang aku tekuni sekarang, dan jelas bukan hanya dia yang kecewa, aku juga kecewa ternyata dia tidak sebaik suami ku yang dulu, ketika kami masih menjadi sepasang kekasih, dia juga main perempuan dan dia hanya bisa memberika alasan “saya bosan, kamu pasti juga merasakannya, kamu tidak bisa menghasil kan bayi untuk kita.” Dan dengan alasannya yang menambah paku – paku bumi menancap erat di batin ku, kami pun bercerai, padahal aku cinta padanya. Sulit untuk berkata apa, namun seperti nya suasana yang sudah raib ini memang tidak bisa di paksakan, dan aku sekarang harus selalu membuka kedua kaki ku untuk semua lelaki yang datang ke bar, aku berpakaian mini, aku siap meledakan jurus – jurus ku di atas ranjang biasa kita bermain, aku akan menjadi domba yang siap di terkam oleh serigala – serigala malam. Ya sudah sakit menimpa, sesal pun terlambat, lebih baik aku terus jalani ini, sampai aku mati dan aku sudah malas untuk mencari pekerjaan yang lain. Sekarang jangan ada yang ganggu aku, sekarang jangan ada yang berusaha untuk berikan kata – kata manis kepada ku, jangan coba meyakin kan aku, jangan coba meneteskan cinta kepada ku, jangan coba untuk mencium ku tanpa uang di saku mu, lidah ku telah tercabut oleh asa, aku sudah tidak peduli lagi dengan segala hal yang beri kepada ku, aku tidak peduli uang, tubuh ku, otak ku, apa pun itu, aku hanya ingin mati, aku ingin terkena virus herpes atau hiv, dan sebarkan seluruh sakit dalam raga dan jiwa, aku ingin tanam kan kanker rahim, kanker payudara dan sebagai nya dalam seluruh pria yang meniduri ku seperti dracula kehausan darah, aku ingin ada bayi, bayi, bayi, bayi, agar aku bisa membuat bayi yang baik, dan jauh dari segala kutukan yang tuhan berikan kepadaku, aku ingin mati, mati, mati, lebih baik aku mati karena dunia tidak pernah menyinari aku dengan cahaya nya. Kau semua lelaki hanya menari, menari, menari, dalam kotak surga- bagi mu, kau yang dikatakan tuhan,tuhan,tuhan, mana tangan mu? Aku tidak peduli lagi, dan tidak akan meraih mu lagi. Semua orang tersenyum ketika melihat seorang pelacur menangis di tengah jalan raya, dan tertawa, tak ada lagi kasih dan peduli, dan aku bangun dari mimpi ku yang indah itu. Dan Tuhan mengabulkan permohonan ku, keinginan ku, aku tersungkur dalam ladang penuh belukar dan darah, kuping ku terpisah entah berjalan kemana, mata ku permeninggal kan ku , hati ku meleleh dan tidak bisa terbentuk kembali, tangan ku terbujur kaku, kaki ku tak mau melangkah, dan mulut ku bertumpahan organ dalam tubuh ku yang keluar dari dalam tubuh, sel – sel itu pergi, dan kutukan nya pun hilang. “Untung aku tidak punya anak, mungkin kah jika anak itu lahir, mungkin kah dia akan kuat atas ketidak pedulian, dan terus mencoba menebarkan kasih kepada semua orang seperti ku? Itu mungkin sih, tapi apa mungkin dia bernasib lebih baik dari pada ku? Tidak mungkin sih, aku bingung, untung aku mati....”

Serigala juga Kelinci



Aku menatap rembulan di langit, dan tak kusangka cahya nya menerangi mu
Aku serigala, gembala para domba ku kan terkam siapa saja, yang coba pudarkan cahya para domba
ku
Aku lah raja yang tinggal sendiri, dalam istana kosong nan rapuh
Aku punya seribu botol berisi permohonan busuk
Aku lah patung yang terkutuk lagi menjadi lapisan patung, dan aku bersembunyi di dalam lapisan itu
karena ku telah terjatuh di ladang tandus
Aku lah orang miskin yang berpura – pura menjadi pangeran tampan
Aku lah panggung drama tempat orang berselimut topeng telah mencabuli kesetiaan hati manusia
Aku menanti mu wahai rembulan yang juga tlah rapuh
Aku ingin bertanya pada pada mu wahai matahari
Aku memohon pada wahai bintang yang turun ke bumi
Masih kah kamu mau berikan aku kesempatan untuk obati luka permanen ku?
Masih kah aku mampu, untuk memenuhi kerinduanku? Akan kesetiaan itu..
Semoga ketika ku pergi dari istana ini, aku tidak pernah berpikir untuk percaya sedikit pun,
Bahwa dunia ini penuh kurcaci bertopeng, aku hanya ingin di ciptakan seputih kertas, dan seriang
kelinci yang melompat gaduh, aku ingin semurni air yang belum tersentuh oleh kotor nya polusi, aku
hanya ingin percaya bahwa semua ini baik, tak ada yang jahat..
Agar aku tetap menjadi kelinci percobaan kurcaci kurcaci bertopeng..
Ahh munafik! Aku tidak mau seperti itu, tidak mengerti kejam dan keras nya jalan ini..
Lebih baik jadi serigala, namun punya hati nya seperti kelinci..

Bintang

Di gelap nya hari, waktu jam tangan ku menunjukan pukul 9 malam, sudah begitu larut untuk anak seumur ku hanya berdiam diri depan televisi menonton acara yang tidak bermakna, dan penuh dengan komersilitas. Aku menunggu telefon genggam ku berdering, menunggu kekasih ku yang sangat menjengkel kan itu menelfon ku dan menyapa ku dengan hangat nya. 15 menit aku menunggu telfon dari nya, namun tak ada kabar sedikit pun seperti layang – layang yang putus ketika sudah bisa di terbangkan dengan mulus. Aku pun gelisah, gerah rasanya tidak mendengar suara nya, walaupun hanya di telfon. “Kamu dimana?, seharian ini tidak menelfon ku?, kabari aku ya!..” aku beri dia pesan singkat, lewat telfon genggam ku. Dan lewat sejam kabar itu tak kunjung datang, kegelisah an ku, membuat aku takut di tinggal kan nya, dan aku mengurung kan niat ku untuk bercengkrama dengan kasur dan selimut tebal ku. “Sayang kamu dimana?, telfon aku dong! Maaf ya hari ini, aku marah – marah sama kamu, aku kan cuman kangen, tapi kamu gak kabarin aku..” lalu ku beri dia pesan singkat ke dua yang penuh dengan harapan, 20 menit kemudian, air mata ku pun terjatuh tanpa alasan, aku hanya kangen sepertinya, tapi tidak pernah seperti ini. Mendadak saja suasana hati ku hitam, dan di ambang lautan pedih. “Sepertinya kamu memang sudah lupa pada ku ya? Aku sudah seperti wanita – wanita yang kamu permain kan hati nya.. aku benci kamu!”, ku beri dia pesan singkat ke tiga. Lama kemudia waktu berubah, suasana hati ku pada nya pun berubah, tiba – tiba saja aku benci dia, benci sekali dengan dia. Aku hanya benci suasana sunyi ini tanpa nya, aku hanya butuh dia mendengarkan ocehan – ocehan ku, dan aku hanya ingin dengar dia mengatakan cinta pada ku malam ini. Hanya itu kok.. tapi seperti nya dia memang sudah tidak peduli dengan ku, padahal aku selalu ada buat nya, kenapa ya? Apa aku kurang cantik? Apa bibir ku kurang baik untuk bisa berciuman dengan hangat dengan nya?. Dasar laki – laki memang membigung kan. Langit sangat indah ku lihat dari jendela, semakin luas lagi kulihat beranda – beranda bintang menyinari kegelapan ini, lalu angin meniup awan itu dan menutupi bintang – bintang dan bulan pun tertidur pulas, mendung.. ya mendung! Sial! Gaduh dari langit, pasti geledek deh.. kilat pun lewat dengan cepat nya, begitu saja lewat. Dan air – air kesedihan itu pun turun ke dinding pipi dan lama – lama jatuh ke genting rumah ku.. Hujan.. Apa kekasih ku, kehujanan ya? Sudah makan belum ya dia?, ini pasti dingin sekali di luar sana, apalagi dia suka gak bawa jaket.. ah aku gelisah tentang nya, atau dia sedang meneduh ya sekarang? Tapi kenapa dia tidak balas pesan ku?, apa dia tidak rindu pada ku?.. Aku harus pergi, aku tidak tahan kalau seperti ini, hati ku seperti langit di luar sana yang kedinginan, aku sangat takut, tanpa terang ini, aku ingin lihat keadaan nya.. aku akan tunggu di rumah nya. Lalu aku pun memesan taxi terbaik di kota ini, berharap dapat mengantar ku secepat kilat ke rumah kekasih ku, agar aku dapat bertemu dengan nya segera. Di jalan ku tidak lihat aktifitas sama sekali, orang – orang seperti nya sudah tidur dan sudah tandas ke alam mimpi. Ku lihat jam tangan ku menunjukan pukul 2 dini hari, oh sudah jam segini, untung aku bawa baju agar aku bisa menginap di rumah kekasih ku. 20 menit perjalanan berlangsung, aku pun tiba di rumah nya, aku lihat dari kaca mobil taxi ini, rumah nya di penuhi keluarga dan teman teman nya, apa dia sedang mengadakan pesta? Tapi kenapa tidak mengundang ku?.. aku semakin di bingungkan oleh keadaan ini, kenapa dia bisa seenak nya melupakan ku? Padahal aku di rumah sendiri menunggu telfon nya. Telfon genggam ku berbunyi dan menandakan ada pesan yang terkirim, dan itu dari kekasih ku. Dan di situ ia berkata “tunggu aku, sebentar lagi aku telfon kamu”, dan aku langsung turun dari mobil dan berlari dari hujan ke teras rumah nya. Ku lihat banyak keluarga dan teman – temannya dalam suasana yang pedih, paras wajah nya seperti tidak sedang berpesta, makanan pun tidak ada, hanya ada jeritan dari ibu kekasih ku. Aku pun semakin bingung, tiba – tiba saja, suasana hati ku berubah semakin kelam, aku rindu bintang itu, aku ingin memeluk bintang itu dan aku menangis, air mata itu menjalar lebih cepat ke dinding pipi wajah ku, padahal aku tidak tahu apa yang terjadi. Lalu kulihat tubuh kekasih ku terbujur kaku, di lantai berselimut selendang batik, wajah nya penuh luka, dan tubuh nya basah seperti habis hujan hujan an. Tangisan ini semakin menjalar tak ada henti ketika melihat kejadian itu, lautan kesedihan itu seperti sedang siap untuk melontar kan ombak kepedihan itu, aku pun berteriak.. “Bintang! Ada apa dengannya? Ada apa!..” tak seorang pun menjawab, malah seorang temannya menarik ku dan menggotong ku kekamar, dan sekujur kaki lemas sekali seperti ingin pingsan. Ternyata bintang pergi meninggal kan ku, dia lebih dulu pergi tanpa meninggal kan apa pun untuk ku, aku pun tidak yakin dia masih cinta pada ku atau tidak. Tapi seperti nya, cinta itu memang selalu indah ada nya, namun kenapa cinta itu tidak pernah indah selamanya?.. aku bertanya tanya sendiri pada hati ku. Aku benci saat ini, aku hanya ingin mencium mulut nya yang bau bir hitam itu, aku rindu pada ocehan ocehan nya yang terkesan menggurui ku. Aku berusaha untuk tenang, dan menerima ini dengan lapan dada, memang ini lah saat nya dia untuk pergi, aku tidak bisa memaksakan semua ini, sekali lagi aku dipaksa percaya pada keadaan yang membuat hati ku pedih ini. Lalu aku membaca pesan terakhir dari kekasih ku pada pagi hari kemarin, dan dia berkata “sayang sesuatu itu tidak ada yang abadi, coba ada.. mungkin aku hanya ingin terus abadi mencintai mu, hari ini aku lembur ada rapat, kamu jangan lupa makan ya!.. aku sayang kamu”, dan angin pun menghempas kuping ku, dan tangis an kepedihan ini berubah menjadi tangisan gembira akan pesan pesannya. Dan aku semakin mencintai nya pada hari ini, tak lepas dari itu. Ini menjadi titik awal bagi ku untuk menjalani hari yang baru tanpa diri nya.