Minggu, 26 September 2010

Lilin untuk Nanda & Nindi



Malam ini akan kuhabiskan waktu ku hanya pada diri mu seorang, aku telah siapkan makanan yang spesial yang aku buat sendiri, sampai jari telunjuk ku berdarah terkena pisau saat memotong wortel. Sudah ku bilang aku tidak bisa masak, tapi kamu memaksa ingin aku yang memasak malam ini. Saat ku dirumah mempersiapkan malam ini, kamu tidak hadir untuk membantu ku sedikit pun, bersih – bersih rumah pun tidak. kamu pun pagi ini berangkat begitu awal, tidak seperti biasanya. aku menduga, kamu akan memberikan ku kejutan, dan kamu yakin aku bakal terkejut oleh mu. sore hari aku sedang memilih baju untuk nanti aku kenakan saat bertemu dengan mu, aku kan juga ingin tampil tampan di depan mu. aku menelfon mu, dan kamu hanya menjawab, “iya sebentar lagi aku pulang sayang, aku sedang di jalan, tadi murid ku ada yang sakit dan aku harus mengantar nya ke rumah sakit, maaf ya nanti kalo aku terlambat sedikit.” , kamu memang sangat baik, tidak salah aku memilih mu menjadi pendamping hidup ku, dengan tanda cincin emas 22 karat dan sajadah lengkap dengan alat – alat shalat yang lainnya. kita sudah 2 tahun menikah, dan aku jujur memang menunggu kehadiran seorang anak, dan sekarang aku sangat bahagia karena sebentar lagi, aku dan kamu akan punya bayi yang lucu. sudah ku bilang berkali – kali kepada mu, “jaga kesehatan sayang, kamu sedang mengandung anak kita, kalau kamu mau pergi atau mau pulang, telfon aku. aku bisa menjemput mu” , tapi apa boleh buat kamu memang keras kepala, mau nya melayani orang saja, di layani tidak pernah mau. sampai pernah kamu terjatuh sakit demam, saat kamu bermandi air hujan untuk mengantar salah satu murid mu yang belum di jemput oleh ibu nya. entah kenapa, kamu selalu bisa meyakinkan ku bahwa kamu memang kuat, kamu akan selalu bisa melakukan nya dengan tekat mu yang besar itu. Lalu langit mulai gelap, gelap ini lama – lama menjadi sepi serasa seperti tidak ada sinar lagi. Rumah yang gemerlap sinar ini, lama – lama seperti kusam dan berdebu, lama sekali menunggu mu tak juga datang. Aku pun risau dan membentang kan kedua tangan ku di sofa, menyalakan televise dan menonton acara yang tidak aku mengerti sedikit pun, sebenar nya aku mengerti, tapi risau ini meredupkan sinar hati ku menjadi kelabu, hatiku terguling – guling, hati ku bercakap dengan hati mu, tapi hati mu diam membisu. rasa nya firasat ku pada mu hilang, bukan karena aku yang terasing, tapi mendadak kamu pergi dengan kereta kuda hitam entah kemana pergi nya. “Aaah berlebihan, aku keluar saja cari angin dan merokok” , kataku dalam hati. Sesaat ku memegang gagang pintu ku, dan menggerakannya untuk membuka pintu, kau telah di depan pintu tergeletak pucat pasam, tanpa suara. Aku kaget, terkejut melihat mu, hati ku makin berguling – guling, mata ku memaparkan sinar yang pasif, aku khawatir sesuatu terjadi padamu, entah kenapa air mata itu keluar dari mata ku sederas air terjun berbusa di telaga pelangi, risau ku memuncak, kaki ku bergetar tanpa nada dan irama, tangan ku terbujur kaku, leher ku seperti kehilangan sendi nya dan tidak bisa digerakan. “Apa yang terjadi pada mu?, Nanda! jawab!, apa yang menimpa mu?” ,kataku pada nya sambil mencium kening nya. diam, diam, diam, diam, kau diam saja, tak satu huruf pun keluar dari otak, mulut, tenggorokan, hati mu sekali pun, tidak satu pun nanda, dan semua itu membuat air mata ku terjun semakin deras menetesi dinding - dinding pipi ku. sekali lagi kening mu ku cium, ku desah kan nafas rindu di kuping mu, dan kubisikan, “nanda ayo jawab, aku cinta kamu, jangan kamu buat aku semakin risau karena mu”, sudah cukup kepedihan dalam kehidupan aku terima, gejolak – gejolak ini serasa begitu cepat terjadi tanpa terkira. Hari ini, adalah hari ulang tahun mu, tapi kamu terbujur kaku serasa tidak peduli terhadap etika pemberian selamat yang ku persiap kan untuk mu, aku tidak terima kalau seperti ini jadi nya.
Kudekap kamu dalam peluk ku, dan angkat tubuh mu menuju kamar tidur, ku lepas satu persatu pakaian guru mu, dan sekali lagi aku ingin menari dengan mu dalam irama nada cinta, aku rindu dan cinta sekali pada mu, jangan kau tinggal kan ku, ku cium diri mu dengan penuh cinta, seratus, seribu, sepuluh juta ribu milyar cinta untuk mu dalam cium ku di pipi dan bibir mu, lalu ku kenakan kau gaun yang telah kupersiap kan untuk mu, telah ku belikan untuk mu dari hasil uang kerja ku sebulan. kau begitu elok memakai nya, paras tubuh mu begitu halus terlihat, oh mata mu sangat indah walau terpejam sekali pun, bibir mu sangat merah walau sekarang pucat karena lipstick yang kau kenakan melumer ke sekitar dagu mu, di kala kau menari dengan gaun itu, cahaya matahari pun pasti ikut tersenyum melihat nya, bulan purnama pun akan semakin bergairah untuk menerangi malam hari ini. ke dekap kau lagi dalam peluk ku, sekali lagi ku cium kening mu dengan cinta, dan ku terbang kan tubuh mu ke lantai dansa untuk menari di kesunyian, tanpa nada dan irama, tubuh mu pun begitu kaku tidak seperti biasa nya, kaki mu begitu lemas seperti tidak dapat bergerak lincah seperti biasa nya, namun dansa kali ini tidak ada beda nya seperti tahun – tahun kemarin, aku dan kamu masih menari dengan penuh cinta satu sama lain, aku sangat cinta pada mu, aku rindu pada mu nanda..
lalu aku dan kamu duduk di kursi yang saling berhadapan, lilin yang mati itu pun kunyalakan dengan api yang menyala berdasar kan gerak jiwa kelabu, sudut – sudut kosong itu terasa semakin sempit, aku merasa sangat sepi, kau tidak bersuara, kau tidak bereaksi nan. aku menatap mu sepenuh jiwa, dipadukan oleh cinta dan kasih, memori – memori itu mendadak membisu agar keadaan ini terasa lebih bercahaya. makanan yang kusiap kan untuk mu sudah tidak dingin lagi, aku memakannya dan benar – benar tidak ada rasanya, aku meminum anggur yang kubeli tadi siang, dan tetap tak ada rasa nya, yang kurasa hanya pahit, di sekujur tubuh ku. racun kepahitan itu menjulur ke semua saraf ku dan mematikan satu per satu sendi dan engsel ku agar tidak bisa bergerak lagi. racun – racun itu berjubel menguburkan keindahan dan melepaskan kepedihan dari kubur nya. isak tangis ku tak kunjung henti, nafas ku tersengal – sengal sampai ku putus asa pada keadaan ini sendiri. “Nak, Nak, Papa tidak sempat melihat mu, maaf kan papa nak, papa tidak bisa menjaga mama dengan baik, nak, nak, maaf kan papa nak, maaf”, Lalu lilin – lilin menyala bertebaran di sepanjang lantai rumah, aku, nanda, dan anak – ku tidur di lantai itu menikmati terang nya malam ini karena lilin ini.
Ps: Nanda, seandai nya nanti aku menyusul mu, dan tidak sempat menemui mu, cari lah aku, tiup lah lilin ini satu per satu, dan yakin lah, kamu akan temukan aku dalam kegelapan malam. Nanda, aku namakan anak kita ini Nindi, agar aku dapat mudah menemukan mu nanti di sana, karena ku yakin, anak kita ini akan seindah diri mu, Nanda dan Nindi… lilin ini untuk mu. –With Love Wendiatmo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar