Sabtu, 04 September 2010

Bukit Belukar



“Aku ingin mati saja!, tuhan tidak pernah adil kepada ku, memang nya aku ini makanan yang bisa kau cicipi setiap harinya!.” Lalu mata kupejam kan, tapi bayang ku melayang entah kemana. Aku bingung dengan keadaan ini. Seperti nya tubuh ku ini memang bebas kemana pun aku mau melangkah, namun jiwa ku seperti sedang tersayat pelan – pelan oleh karena keadaan ini. Aku ini aptronim yang semu, semalaman penuh tersenyum di bawah terang nya bulang, kadang kala malam ini begitu sepi dan dingin, kadang juga aku membuat malam itu terasa panas sekali karena pekerjaan ku. Di bulan puasa ini aku sudah menjadi pembohong besar, aku seperti mangga yang terlihat masak dari luar, tapi ternyata dalam nya hanya berisi belatung dan kebohongan. Mulut – mulut tetanggaku selalu ternganga atas aku seperti mulut harimau yang siap menerkam mangsa nya. “ Aku takut, aku sendiri, aku tidak bisa tidur! Aku mau mati saja!.” Tapi sepertinya hari ini aku memang tidak bisa tidur, lalu aku menyalakan sebatang rokok merk amerika yang selalu ku hisap setiap hari nya, dan 1 batang selesai kerap ku rasa mengantuk, kantung mata ku akan menutup. Lalu aku mengambil selimut ku dan tertidur selama sekitar 15 menit sebelum mimpi itu datang kepada ku. aku ingat ketika awal mula aku menjejali karir yang baik ini, ketika 4 lelaki dengan kaos hitam – hitam di sebuah cafe remang – remang di kampung ku, sedang asik meneguk minuman oplosan, aku melewati mereka sambil tersenyum karena mereka semua menatap ku dengan mata yang penuh napsu, aku hanya berusaha ramah bukan tertarik, tapi seperti nya daya magnet ku memang sangat hebat, dan sekejap karena senyum an ku mereka ber-empat menghampiri ku dan langsung mencumbui ku di gang kecil jalan menuju rumah ku. Mereka bermain dengan sangat penuh napsu, di sana aku hanya bisa menangis, dan mana? Tidak ada pertolongan sedikit pun!, memang dunia ini tidak pernah adil deh.. mulai saat itu, aku berhenti sekolah dan aku ingin segera menikah saja dengan lelaki jejaka di desa ku. Sebenar nya ini awal aku sudah sangat membohongi diri orang – orang, cerita ini tidak pernah ku ceritakan kepada siapa pun, mungkin aku hanya cerita kepada buku kecil ku. Akhir nya di umur ku yang sudah matang aku menikah, dan awal nya kami berdua menjalani proses yang cukup baik. Dari mulut nya tertumpah kan segala rayuan manis tentang diri ku, cara dia menggambar kan dan meng ekspresikan cinta nya kepada ku, dia juga pernah menjajinkan bahwa kami berdua akan abadi selama nya, dan sebagai gadis yang percaya akan cinta aku pun menerima lamaran pernikahan tersebut. Dia pun cukup matang, sudah berkerja menjadi pegawai di sebuah kantor pengadaian di kota, aku semakin percaya bahwa dia lah yang akan mewujud kan semua impian ku, dan membuat ku menjadi ibu yang teladan nanti nya.
Hubungan pernikahan kita berjalan selama 3 tahun, dan pertikaian dari hal – hal kecil soal kebutuhan rumah tangga, juga hal – hal seperti kebutuhan akan cinta nya yang dulu dia berikan sepenuh nya kepada ku, mulai terasa sinyal – sinyal buruk nya. “kamu selalu pulang malam!, kapan kamu ada waktu untuk aku?, aku kesepian di rumah sendirian tau gak?”, dan dia hanya menjawab “aku kerja lis, aku lelah seharian berkerja, mulut mu itu tidak pernah bisa berhenti mencemooh diri ku, kamu cari lah kesibukan lain agar tidak hanya bosan di rumah.” Semudah itu dia berbicara kepada ku, aku semakin rapuh, cinta ku kepada nya tidak tergantikan namun dia membalas nya dengan menyuruh aku berkerja. Mencium kening ku pun jarang, apalagi bibir ku yang selalu haus akan cinta nya. Dan suatu hari, aku bertemu dengan teman lama ku, dan dia terlihat sangat sukses dengan dandannya yang cantik, dan badan nya seksi. Dia menceritakan bahwa dia punya pekerjaan untuk ku, tapi bukan kantoran, katanya “kamu akan kerja di sebuah pub / bar di kota, gaji nya besar namun tidak tetap.” Ya aku langsung terima tanpa perencanaan apa pun, aku hanya ingin cari kesibukan dan berusaha untuk bisa tegar akan hubungan ku yang rapuh dengan suami ku. Pada hari perdana aku berkerja, aku mengenakan rok jeans pendek, dan kaos putih. Dan pada malam itu, sekali lagi aku di kecewakan oleh keadaan yang sangat menyakit kan, batin ku tersayat, hati ku pedih atas gejolak yang datang silih berganti ini, aku di jadikan wanita bayaran oleh teman ku itu. Sedih rasa nya, namun sekali lagi aku menyembunyikan keping koin yang telah di renggut oleh keadaan yang memaksa ku. Ingin aku langsung berhenti, namun Boy pemilik pub itu, berjanji akan membunuh ku dan suami ku, jika aku berhenti dari pekerjaan ini. Sekali lagi aku seperti monyet dalam kebun berisi kulit pisang hanya kulit pisang. Dan jelas sekali aku tidak bisa menyembunyikan segala sesuatu nya, kotak penyembunyian rahasia ku sudah hampir mencapai batas waktu nya, dan suami ku mengetahui apa pekerjaan yang aku tekuni sekarang, dan jelas bukan hanya dia yang kecewa, aku juga kecewa ternyata dia tidak sebaik suami ku yang dulu, ketika kami masih menjadi sepasang kekasih, dia juga main perempuan dan dia hanya bisa memberika alasan “saya bosan, kamu pasti juga merasakannya, kamu tidak bisa menghasil kan bayi untuk kita.” Dan dengan alasannya yang menambah paku – paku bumi menancap erat di batin ku, kami pun bercerai, padahal aku cinta padanya. Sulit untuk berkata apa, namun seperti nya suasana yang sudah raib ini memang tidak bisa di paksakan, dan aku sekarang harus selalu membuka kedua kaki ku untuk semua lelaki yang datang ke bar, aku berpakaian mini, aku siap meledakan jurus – jurus ku di atas ranjang biasa kita bermain, aku akan menjadi domba yang siap di terkam oleh serigala – serigala malam. Ya sudah sakit menimpa, sesal pun terlambat, lebih baik aku terus jalani ini, sampai aku mati dan aku sudah malas untuk mencari pekerjaan yang lain. Sekarang jangan ada yang ganggu aku, sekarang jangan ada yang berusaha untuk berikan kata – kata manis kepada ku, jangan coba meyakin kan aku, jangan coba meneteskan cinta kepada ku, jangan coba untuk mencium ku tanpa uang di saku mu, lidah ku telah tercabut oleh asa, aku sudah tidak peduli lagi dengan segala hal yang beri kepada ku, aku tidak peduli uang, tubuh ku, otak ku, apa pun itu, aku hanya ingin mati, aku ingin terkena virus herpes atau hiv, dan sebarkan seluruh sakit dalam raga dan jiwa, aku ingin tanam kan kanker rahim, kanker payudara dan sebagai nya dalam seluruh pria yang meniduri ku seperti dracula kehausan darah, aku ingin ada bayi, bayi, bayi, bayi, agar aku bisa membuat bayi yang baik, dan jauh dari segala kutukan yang tuhan berikan kepadaku, aku ingin mati, mati, mati, lebih baik aku mati karena dunia tidak pernah menyinari aku dengan cahaya nya. Kau semua lelaki hanya menari, menari, menari, dalam kotak surga- bagi mu, kau yang dikatakan tuhan,tuhan,tuhan, mana tangan mu? Aku tidak peduli lagi, dan tidak akan meraih mu lagi. Semua orang tersenyum ketika melihat seorang pelacur menangis di tengah jalan raya, dan tertawa, tak ada lagi kasih dan peduli, dan aku bangun dari mimpi ku yang indah itu. Dan Tuhan mengabulkan permohonan ku, keinginan ku, aku tersungkur dalam ladang penuh belukar dan darah, kuping ku terpisah entah berjalan kemana, mata ku permeninggal kan ku , hati ku meleleh dan tidak bisa terbentuk kembali, tangan ku terbujur kaku, kaki ku tak mau melangkah, dan mulut ku bertumpahan organ dalam tubuh ku yang keluar dari dalam tubuh, sel – sel itu pergi, dan kutukan nya pun hilang. “Untung aku tidak punya anak, mungkin kah jika anak itu lahir, mungkin kah dia akan kuat atas ketidak pedulian, dan terus mencoba menebarkan kasih kepada semua orang seperti ku? Itu mungkin sih, tapi apa mungkin dia bernasib lebih baik dari pada ku? Tidak mungkin sih, aku bingung, untung aku mati....”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar