Kamis, 05 Agustus 2010

Lantunan Hati Besi

Serumpun ladang jerami berisi jarum
Derai gerobak keledai membawa bayang ku ke ujung ufuk
Bulan sabit pun sekarang tinggal ¼ bagiannya
Aku tua renta tanpa tulang, tinggal tunggu sang abadi menjemput..
Garis dan tali latar belakang hidup ku
Ku tunggu tali mana yang akan menutup luka ku
Tak ada seorang pun beri kain nya menutup koreng ini..
Ku muntah kan lidah – lidah bercabang dari usus ku
Yang muak tersayat karena berisi air keruh
Apakah aku harus tanam bunga matahari dalam mulut ku?
Agar rasa sakit ini sedikit terbawa angin, saat senyum lebar itu menghampiri ku
Tapi itu palsu! Hanya seperti coretan darah di dinding gubuk bambu ujung hutan itu..
Senyum mu pucat menderu – deru, wajah ku mulai membiru, gigi ini terasa di pagar besi, kepala ku berat seperti di timbuni domba domba gemuk
Aku menggigil di atas tanah merah yang tandus
Semakin lama waktu berlalu, aku berubah menjadi abu
Hujan datang dan menari di atas ku..

Oh indah nya saat melihat saat itu, gundukan tanah itu menjadi hijau kembali karena aku..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar